KUALITAS LINGKUNGAN KAWASAN PUSAT KOTA
Sriany
Ersina, ST., MT (1)
(1)Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas
Sains & Teknologi, Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.
Abstrak
Perkembangan wilayah kota yang dinamis membawa berbagai macam dampak bagi pola kehidupan masyarakat kota itu sendiri. Perkembangan pusat kota yang merupakan sentra dari kegiatan ekonomi menjadi daya tarik bagi masyarakat yang dapat membawa pengaruh bagi tingginya arus tenaga kerja baik dari dalam kota itu sendiri maupun dari luar wilayah kota, menyebabkan tingginya arus urbanisasi sehingga terjadi ledakan jumlah penduduk kota yang sangat pesat, yang salah satu implikasinya adalah terjadinya penggumpalan tenaga kerja di kota-kota besar di Indonesia. Dampak lain dari tingginya arus urbanisasi kota adalah dalam hal permukiman kota. Tingginya jumlah penduduk di pusat kota mengharuskan terpenuhinya kebutuhan akan permukiman yang layak huni, khususnya untuk menampung kaum urbanis yang pekerjaannya terkonsentrasi pada sektor perdagangan dan jasa di kawasan komersial yang ada di pusat kota. Ketersediaan sarana dan prasarana yang lengkap di pusat kota ini menimbulkan daya tarik bagi masyarakat untuk bermukim di kawasan tersebut. Kebanyakan kaum urbanis yang datang adalah mereka yang ingin berjualan di pasar dan sebagian besar mereka dari golongan ekonomi menengah ke bawah. Mereka mencari tempat tinggal di sekitar kawasan pusat perdagangan ini. Bahkan mereka cenderung mengabaikan aturan-aturan dasar tentang pengadaan bangunan rumah seperti kualitas bahan, jenis ruang, garis sempadan jalan maupun jarak antar rumah, serta cenderung menggunakan sebagian badan jalan untuk dirikan bangunan dengan pengembangan tempat tinggal maupun usahanya yang menyebakan permukiman tersebut menjadi kumuh dan suasana yang tidak tertib yang berakibat pada berubahnya kualitas lingkungan fisik kawasan.
Berdasarkan pengamatan, kurang lebih sepuluh tahun terakhir
ini kawasan pusat kota mengalami penurunan kualitas lingkungan. Oleh karena
itu, dengan menyadari permasalahan tersebut, perlu dilakukan studi mengenai
perubahan kualitas lingkungan fisik dengan mengetahui faktor pengaruh
terciptanya permukiman kumuh di kawasan pusat kota.
Penulisan ini bertujuan untuk menemukan solusi bagaimana
penanganan kekumuhan
lingkungan kawasan permukiman di pusat kota dapat teratasi dengan baik,
dengan mengidentifikasi; karakteristik hunian, penghuni, sarana & prasarana
yang ada, serta lingkungan secara umum.
Kata-kunci : Lingkungan, Kumuh, Perumahan, Permukiman, Pusat Kota.
------------------------------------------------------------------------------------------
Pendahuluan
Perkembangan wilayah kota yang dinamis membawa berbagai macam
dampak bagi pola kehidupan masyarakat kota itu sendiri. Perkembangan pusat kota
yang merupakan sentra dari kegiatan ekonomi menjadi daya tarik bagi masyarakat
yang dapat membawa pengaruh bagi tingginya arus tenaga kerja baik dari dalam
kota itu sendiri maupun dari luar wilayah kota, menyebabkan tingginya arus
urbanisasi sehingga terjadi ledakan jumlah penduduk kota yang sangat pesat,
yang salah satu implikasinya adalah terjadinya penggumpalan tenaga kerja di
kota-kota besar di Indonesia. Dampak lain dari tingginya arus urbanisasi kota
adalah dalam hal permukiman kota. Tingginya jumlah penduduk di pusat kota
mengharuskan terpenuhinya kebutuhan akan permukiman yang layak huni, khususnya
untuk menampung kaum urbanis yang pekerjaannya terkonsentrasi pada sektor
perdagangan dan jasa di kawasan komersial yang ada di pusat kota. Ketersediaan
sarana dan prasarana yang lengkap di pusat kota ini menimbulkan daya tarik bagi
masyarakat untuk bermukim di kawasan tersebut. Kebanyakan kaum urbanis yang
datang adalah mereka yang ingin berjualan di pasar dan sebagian besar mereka
dari golongan ekonomi menengah ke bawah.
Mereka mencari tempat tinggal di sekitar kawasan pusat perdagangan ini.
Bahkan mereka cenderung mengabaikan aturan-aturan dasar tentang pengadaan
bangunan rumah seperti kualitas bahan, jenis ruang, garis sempadan jalan maupun
jarak antar rumah, serta cenderung menggunakan sebagian badan jalan untuk
dirikan bangunan dengan pengembangan tempat tinggal maupun usahanya yang
menyebakan permukiman tersebut menjadi kumuh dan suasana yang tidak tertib yang
berakibat pada berubahnya kualitas lingkungan fisik kawasan.
Berdasarkan pengamatan, kurang lebih sepuluh tahun
terakhir ini kawasan pusat kota mengalami penurunan kualitas lingkungan. Oleh
karena itu, dengan menyadari permasalahan tersebut, perlu dilakukan studi mengenai
perubahan kualitas lingkungan fisik dengan mengetahui faktor pengaruh
terciptanya permukiman kumuh di kawasan pusat kota. Menurut Khomarudin (1997:
83-112) lingkungan permukiman kumuh didefinisikan sebagai berikut:
a. Lingkungan yg berpenghuni padat
(melebihi 500 org per Ha)
b. Kondisi sosial ekonomi
masyarakat rendah
c. Jumlah rumahnya sangat padat
dan ukurannya dibawah standart
d. Sarana prasarana tidak ada atau
tidak memenuhi syarat teknis dan kesehatan
e. Hunian dibangun diatas tanah milik negara atau orang lain dan diluar
perundangundangan yang berlaku.
Adapun timbulnya kawasan kumuh
ini menurut Hari Srinivas dapat dikelompokan sebagai berikut:
1. Faktor internal : Faktor
budaya, agama, tempat bekerja, tempat lahir, lama tinggal, investasi rumah, jenis
bangunan rumah.
2. Faktor eksternal : Kepemilikan
tanah, kebijakan pemerintah
Sedangkan menurut Arawinda Nawagamuwa dan Nils Viking
(2003:3-5) sebab adanya permukiman kumuh adalah:
1. Karakter bangunan : umur
bangunan yang sudah terlalu tua, tidak terorganisasi, ventilasi, pencahayaan
dan sanitasi yang tidak memenuhi syarat.
2. Karakter lingkungan : tidak ada open space (ruang terbuka
hijau) dan tidak tersedia fasilitas untuk rekreasi keluarga; kepadatan penduduk
yang tinggi; sarana prasarana yang tidak terencana dengan baik.
Diharapkan melalui studi ini
dapat diketahui faktor-faktor yang mempengaruhi kekumuhan lingkungan pemukiman
kota, sehingga dapat mengatasi permasalahan yang terjadi serta dapat
menciptakan aktivitas permukiman yang terkendali sesuai dengan tatanan
lingkungan yang seimbang.
Penulisan ini bertujuan untuk
menemukan solusi bagaimana penanganan kekumuhan lingkungan kawasan permukiman di pusat
kota dapat teratasi dengan baik, dengan mengidentifikasi; karakteristik
hunian, penghuni, sarana & prasarana yang ada, serta lingkungan secara
umum.
Pembahasan
Daya Tarik Pusat Kota
Menurut Clay (1979: 15-16) ada beberapa pengaruh yang
mendorong masyarakat untuk bermukim di pusat kota yaitu:
a. Pusat kota adalah pusat semua
kegiatan. Masyarakat usia muda tertarik untuk mencari kesempatan kerja maupun
mencari hiburan serta berkomunikasi dan berinteraksi dengan sesama di pusat
kota. Dan mereka ingin bermukim di kawasan pusat kota untuk kemudahan mencapai
tempat kerja.
b. Pusat kota adalah tempat yang
nyaman untuk mencari kerja.
c. Tinggal di pusat kota adalah life-style.
Tinggal di permukiman kawasan pusat kota lebih berkelas daripada tinggal di
permukiman pinggiran kota.
d. Memiliki rumah di pusat kota
adalah investasi yang bernilai tinggi.
Kawasan pusat kota pada umumnya
merupakan pusat kegiatan ekonomi (perdagangan dan industri), pusat pemerintahan
maupun pusat kegiatan budaya dan pariwisata. Dengan adanya peningkatan ekonomi
saat ini mengakibatkan pusat-pusat kota tersebut menjadi sasaran investasi atau
penanaman modal masyarakat baik dalam skala besar maupun kecil (sector
informal). Dengan didukung oleh kebijakan ekonomi suatu daerah akan mendorong
pertumbuhan ekonomi suatu daerah. Hal ini akan menyebabkan perkembangan
kegiatan di pusat kota berjalan sangat pesat. Pertumbuhan pusat kota ini akan
menjadikan daya tarik bagi masyarakat untuk mencari uang di pusat kota
tersebut. Baik untuk masyarakat pencari kerja maupun yang ingin membuka usaha.
Masyarakat yang bekerja di pusat kota akan mencari tempat tinggal tidak jauh
dari tempat dia bekerja. Maka dipilihlah permukiman di pusat kota.
Permukiman terdiri dari dua
bagian yaitu: manusia (baik sebagai pribadi maupun dalam hubungan sosial) dan
tempat yang mewadahi manusia yang berupa bangunan (baik rumah maupun elemen
penunjang lain).
Menurut Constantinos A.
Doxiadis (1968: 21-35) ada lima elemen dasar permukiman:
a. Nature (alam) yang bisa
dimanfaatkan untuk membangun rumah dan difungsikan semaksimal mungkin,
b. Man
(manusia) baik pribadi maupun kelompok,
c. Society (Masyarakat) bukan
hanya kehidupan pribadi yang ada tapi juga hubungan sosial masyarakat,
d. Shells (rumah) atau
bangunan dimana didalamnya tinggal manusia dengan fungsinya masing-masing,
e. Networks (jaringan atau
sarana prasarana) yaitu jaringan yang mendukung fungsi permukiman baik alami
maupun buatan manusia seperti jalan lingkungan, pengadaan air bersih, listrik,
drainase, dan lain-lain.
Elemen dasar tersebut dapat
dijabarkan sebagai berikut:
a. Alam: iklim, kekayaan alam,
topografi, kandungan air, tempat tumbuh tanaman, tempat binatang hidup.
b. Manusia: kebutuhan biologi
(ruang, udara, air, suhu,dll), rasa, kebutuhan emosi (hubungan manusia,
keamanan, keindahan, dll), nilai moral dan budaya.
c. Masyarakat: kepadatan
penduduk, tingkat strata, budaya, ekonomi, pendidikan, kesehatan, hiburan,
hukum.
d. Bangunan: rumah, fasilitas umum
(sekolah, rumah sakit, perdagangan, dll), tempat rekreasi, perkantoran,
industri, transportasi.
e. Sarana prasarana: jaringan
(sistim air bersih, listrik, jalan, telepon, TV), sarana
transportasi,
drainase, sampah, MCK.
Adapun elemen dasar lingkungan
perumahan menurut Dirjen Cipta Karya yaitu:
a. Jalan lingkungan
b. Jalan setapak
c. Sistem drainase
d. Penyediaan air bersih
e. Pengumpulan dan pembuangan
sampah
f.
Fasilitas penyehatan lingkungan (MCK)
Dengan adanya daya tarik pusat kota maka akan menyebabkan arus migrasi
desa ke kota maupun dari luar kota ke pusat kota. Kaum urbanis yang bekerja di
pusat kota ataupun masyarakat yang membuka usaha di pusat kota, tentu saja
memilih untuk tinggal di permukiman di sekitar kawasan pusat kota (down town).
Hal ini juga akan menyebabkan pertumbuhan perumahan permukiman di kawasan pusat
kota. Menurut Danisworo dalam Khomarudin (1997: 83-112) bahwa kita harus akui
pula bahwa tumbuhnya permukiman-permukiman spontan dan permukiman kumuh adalah
merupakan bagian yang tak terpisahkan dari proses urbanisasi.
Analisis penyebab kekumuhan lingkungan kawasan permukiman, berdasarkan
kajian teori di atas adalah sebagai berkut :
1. Karakteristik Penghuni
Mengidentifikasi
dan menganalisis kondisi sosial, dan ekonomi masyarakat penghuni, diantaranya:
a. Kondisi sosial:
Dengan
mengidentifikasi tingkat pendidikan masyarakat maupun jenis pekerjaan mereka
yang akan mempengaruhi kondisi lingkungan serta kondisi bangunan yang mereka
huni. Selain itu juga melihat kepadatan penduduk status hunian dan kepemilikan,
serta jumlah penghuni yang tinggal di kawasan permukiman tersebut yang
berpengaruh terhadap kondisi lingkungan.
b. Kondisi ekonomi:
Yaitu untuk
mengetahui kondisi perekonomian masyarakat dalam memenuhi kebutuhan mereka
sehari-hari serta dalam mengalokasikan dana untuk perbaikan rumah dan
lingkungan mereka dengan melihat data tingkat pendapatan mereka dan jenis
pekerjaan masyarakat.
2. Karakteristik Hunian, yaitu analisis dan identifikasi mengenai:
a. Fungsi
dan kegiatan
Melihat
aktifitas dan kegiatan yang terjadi di dalam hunian yang ada di kawasan
permukiman. Selain itu juga akan diidentifikasi penyimpangan-penyimpangan yang
terjadi.
b. Tampilan
Bangunan
Mengidentifikasi
tentang tampilan visual bangunan hunian di kawasan permukiman, dengan melihat
bentuk maupun bahan bangunan ataupun luasan bangunan dibandingkan dengan jumlah
penghuninya. Selain itu juga melihat tentang aturan-aturan yang ada misalnya BC
(building couverage), Garis Sempadan Bangunan (GSB), jarak antar
bangunan maupun tentang ketinggian bangunan yang diperbolehkan. Serta untuk
melihat keserasian tampilan bangunan dengan bangunan formal yang ada di
sekitarnya.
c.
Kepemilikan hunian
Hal ini juga
berpengaruh terhadap keadaan perawatan bangunan dan berhubungan erat dengan
tampilan bangunan.
3. Karakteristik sarana dan
prasarana penunjang dalam suatu kawasan permukiman.
Identifikasi
dan analisis karakteristik sarana dan prasarana penunjang ini untuk mengetahui
kondisi, ketersediaan dan kebutuhan sarana dan prasarana penunjang dalam
Kawasan Permukiman tersebut. Secara umum ketersediaan sarana prasarana pada
kawasan permukiman dapat dilihat dari kondisi dan manajemen pelayanannya yaitu
dengan mengidentifikasi:
a. Jalan lingkungan
Identifikasi
kondisi jalan lingkungan baik jenis bahan bangunan yang digunakan, pola dan
luasannya. Hal ini berpengaruh terhadap kualitas lingkungan yang terbentuk,
jika kondisi dan luasannya baik dan mencukupi serta polanya tertata rapi akan
menghasilkan kualitas yang baik.
b. Persampahan
Mengidentifikasi
persampahan dengan melihat sarana dan prasarana yang mendukung pembuangan
sampah dan manajemen pengelolaan pembuangan sampah di kawasan permukiman
tersebut. Sampah yang dikelola dengan baik akan membantu peningkatan kualitas
lingkungan yang baik juga.
c. Drainase
Drainase
yang diidentifikasi bukan hanya yang buatan tapi juga sungai sebagai drainase
alam. Dengan observasi lapangan dapat melihat kondisi fisiknya masih baik atau
tidak, juga melihat bagaimana cara pemeliharaannya.
d. Sanitasi
Dengan
observasi lapangan, hal yang ingin dilihat dalam mengidentifikasi sanitasi ini
adalah jenis dan jumlah serta kondisinya, apakah tiap hunian memiliki sarana
sanitasi atau mereka menggunakan MCK umum, serta bagaimana kondisinya apakah
baik atau buruk. Sanitasi ini berpengaruh terhadap kualitas lingkungan, jika
masyarakat tidak memiliki sarana sanitasi sendiri dan masih menggunakan
sanitasi umum atau sungai maka akan menyebabkan kawasan tersebut kumuh.
4. Karakteristik Lingkungan
Identifikasi karakteristik
lingkungan ini untuk mengetahui kondisi lingkungan permukiman, baik aktifitas
yang terjadi di dalam lingkungan permukiman itu sendiri maupun aktifitas yang
ada di sekitar kawasan yang dapat mempengaruhi kondisi lingkungan permukiman.
Kesimpulan
Penurunan
Kualitas Lingkungan di Pusat Kota, disebabkan berkembang dengan pesatnya
kawasan permukiman di Pusat Kota tersebut, yang cenderung mengabaikan
aturan-aturan dasar tentang pengadaan bangunan rumah seperti kualitas bahan,
jenis ruang, garis sempadan jalan maupun jarak antar rumah, serta cenderung
menggunakan sebagian badan jalan untuk dirikan bangunan dengan pengembangan
tempat tinggal maupun usahanya yang menyebakan permukiman tersebut menjadi
kumuh dan suasana yang tidak tertib yang berakibat pada berubahnya kualitas
lingkungan fisik kawasan.
Berdasarkan
kajian teori dan identifikasi karakteristik kawasan permukiman yang ada di
beberapa kota di Indonesia, maka terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi
terciptanya permukiman kumuh di pusat kota, yaitu;
1. Faktor
Jumlah Penghuni
2. Faktor Status
Kepemilikan Hunian
3. Faktor Penghasilan
4. Faktor Luas Lahan
5. Faktor Lama Tinggal
6. Faktor Kepadatan Penduduk
7. Faktor Jenis Bangunan
8. Faktor Sarana Prasarana
Namun perlu dilakukan penelitian lebih
detail dengan studi kasus pada suatu kawasan permukiman, agar diketahui faktor
manakah yang paling berpengaruh diantara 8 (delapan) faktor tersebut di atas,
sehingga kekumuhan
lingkungan kawasan permukiman di pusat kota dapat teratasi dengan baik.
Daftar
Pustaka
Buku
Bintarto. 1983 Urbanisasi
dam Permasalahannya, Yogyakarta: Galia Indonesia, Jakarta.
Clay. 1979,
Neighborhood Renewal, Toront: Lexington Books, DC Health & Co.
Daldjoeni.2003,
Geografis Kota dan Desa, Bandung: PT. Alumni, Bandung.
Doxiadis, Constantinos A. 1968,
An Introduction To The Science Of Human Settlements-Ekistics, London:
Hutchinson of London.
Khomarudinm. 1997, Menelusuri
Pembangunan Perumahan dan Permukiman, Jakarta:Yayasan Real Estate
Indonesia, PT. Rakasindo, Jakarta.
Small, Christopher, Global
Analysis Of Urban Population Distribution and The Physical Environment, New
York: Columbia University.
Wakely, Patrick J. et all.
1976, Urban Housing Strategies, Education and Realization, New York:
Pitnan Publisher.
Terbitan
Terbatas
Perumahan Rakyat Untuk
Kesejahteraan dan Pemerataan, Kantor Menteri Negara
Perumahan
Rakyat, 1997, Jakarta : Properti Indonesia
Browsing
Internet
UN-HABITAT, 2002,
The Van Couver Declaration of Human Settlement,
UN-HABITAT . 2002, The Rural
Dimension of Sustainable Urban Development,– United Nation – Governing
Council of The United Nation Human Settlement Proggrame.
Hari Srinivas. 2003, Defining
Squatter Settlement, http://www.gdrc.org/uem/definesquatter.
---------------------------------,
Slum, Squatter Areas and Informal Settlement, 9th
International Conference On Sri Lanka
Studies, Matara, Sri Lanka, ArawindaNawagamuwa and Nils Viking.
Hello Sriany, thank you for visiting my blog and comment. It seems we share some urban concerns, I'm still downloading my publications in another blog, my idea is to have a compilation of them. Maybe you find something of interest. You'd be pleased to know that a few days ago I've attended a conference of Modern architecture preservation, and one of the panelists was Johannes Widodo, who is a professor in Asia. I'm writing a review on the conference. Here's the link for the other blog
BalasHapushttp://urbanfractality.blogspot.com/
Best regards, Myriam